"Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat." (KHD, 1936. Dasar-Dasar Pendidikan, hal.1 paragraf 4).
Keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinginya sebagai manusia dan anggota masyarakat pasti bisa dicapai jika anak memiliki Profil Pelajar Pancasila di dalam dirinya. Untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, dibutuhkan peran agen transformasi pendidikan oleh guru yang memiliki nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, berpihak pada murid, dan inovatif. Seorang Guru Penggerak harus memiliki visi untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila di sekolahnya dengan melakukan manajemen perubahan.
Saya mengembangkan visi yang lebih jelas mengenai murid yang memiliki Profil Pelajar Pancasila. Di antara enam profil itu saya mencoba mengembangkan visi dari profil mandiri, sehingga visi saya dapat saya tuliskan sebagai berikut:
Menumbuhkembangkan kemandirian siswa melalui pembelajaran Bahasa Inggris yang berpihak pada murid.
Dengan memiliki visi, maka perubahan yang ingin saya wujudkan dan upaya yang akan saya lakukan menjadi sangat jelas. Untuk memastikan terjadinya perubahan secara mendasar, saya harus paham dulu budaya sekolah selama ini, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah, dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah.
Sebelum memahami disiplin positif ada pemahaman konsep yang harus diluruskan. Ada konsep yang selama ini saya anggap benar, namun ternyata semua itu hanyalah ilusi. Miskonsepsi itu bisa dilihat di gambar berikut ini.
Untuk mewujudkan visi sekolah, perlu membangun budaya positif di sekolah. Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar siswa mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Untuk menciptakan murid yang merdeka, mandiri, dan bertanggungung jawab, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. Ada tiga alasan motivasi perilaku manusia. Motivasi manusia ini bisa menjadi motivasi intrinsik maupun ekstrinsik.
- Untuk menghindari ketidaknyamanan.
- Untuk mendapatkan imbalan
- Untuk menghargai diri sendiri dan orang lain
Motivasi inilah yang mendasari perilaku manusia. Motivasi ketiga adalah motivasi yang bersifat intrisik dan bertahan lama karena mengandung nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang itu.
Setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam
kelas dapat menentukan terciptanya sebuah lingkungan positif. Perilaku warga
kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan, yang akhirnya membentuk sebuah budaya
positif. Untuk terbentuknya budaya positif pertama-tama perlu diciptakan dan
disepakati keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama di antara
para warga kelas.
Setiap tindakan murid dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Kebutuhan dasar setiap murid akan berbeda-beda dan agar menjadi individu yang selamat dan bahagia, kebutuhan dasar harus terpenuhi secara positif. Kebutuhan dasar dapat dipenuhi dengan cara positif atau negative sehingga diperlukan peran guru untuk memberdayakan anak agar dapat memenuhi kebutuhannya secara positif. Adapun lima kebutuhan dasar itu bisa dilihat di gambar berikut.
Melalui pembelajaran modul budaya positif di Program Guru Penggerak ini, saya melakukan refleksi atas praktik disiplin yang saya jalankan selama ini dan dampaknya untuk siswa-siswa saya. Saya menyadari ternyata praktik disiplin yang saya terapkan selama ini tidak efektif. Untuk menerapkan disiplin restitusi, guru harus berada di posisi pemantau atau manajer agar dapat menciptakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman. Dengan berpikir kritis, kreatif, reflektif dan terbuka saya menemukan posisi saya selama ini di lima posisi kontrol itu. Lima posisi kontrol yang dimaksud adalah penghukum, pembuat orang lain merasa bersalah, teman, pemantau dan manajer.
Restitusi merupakan salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah. Dengan menerapkan restitusi dalam membimbing murid berdisiplin positif maka murid akan menjadi murid merdeka, mandiri dan bertanggung jawab. Jujur, penerapan restitusi ini masih baru bagi saya. Saya masih terus berlatih untuk menerapkannya di kelas saya. Langkah-langkah segitiga restitusi ini sangat praktis untuk diterapkan. Adapun langkah segitiga restitusi adalah:
- Menstabilkan identitas: bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses.
- Validasi tindakan yang salah: bertujuan untuk memahami kebutuhan apa yang mendasari tindakan.
- Menanyakan keyakinan: bertujuan untuk menghubungkan nilai-nilai yang diyakini anak dengan keyakinan kelas/keluarga.
No comments:
Post a Comment