Monday, November 29, 2021

Demonstrasi Kontekstual - Menerapkan Inkuiri Apresiatif

Untuk dapat mewujudkan visi sekolah dan melakukan proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma. Pendekatan ini dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan, yaitu visi yang sudah dibuat. Inkuiri Apresiatif (IA) dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Pendekatan IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas, serta menyatukan orang dengan cara berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi. Pendekatan IA percaya setiap orang memiliki inti positif untuk berkonstribusi pada keberhasilan tujuan.

Untuk itu, saya akan mencoba menerapkan Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) dengan tahapan BAGJA berikut ini:

B = Buat Pertanyaan Utama

Sejak pandemi Covid-19 melanda negeri ini, pembelajaran dari rumah pun diberlakukan yang dilakukan secara jarak jauh melalui daring. Sejak saat itu, semua siswa sudah difasilitasi oleh orang tua masing-masing dengan gawai dan dilengkapi dengan kuota internet. Di masa kenormalan baru (new normal) siswa mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas. Namun, waktu tatap muka yang terbatas memaksa setiap satuan pendidikan untuk tetap melaksanakan pembelajaran dari rumah melalui daring selain pembelajaran tatap muka terbatas. Untuk itu siswa harus tetap dituntut untuk memiliki kemandirian dalam belajar sehingga mampu menyelesaiaan tugas-tugasnya sebagai siswa di setiap proses pembelajaran meskipun belajar dari rumah secara daring. Dengan demikian, siswa akan terbiasa menjadi manusia yang mandiri di dalam kehidupannya. Saya mendambakan seluruh siswa memiliki kemandirian sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat. 

Oleh karena itu, saya akan merumuskan pertanyaan sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan apa yang saya inginkan atau impikan. Dari beberapa pertanyaan yang sudah saya rumuskan, saya memilih satu pertanyaan utama, yaitu:

Bagaimana membiasakan penumbuhan kemandirian pada diri siswa saat belajar di sekolah maupun di rumah?

A = Ambil Pelajaran

Setelah saya berhasil merumuskan pertanyaan utama sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan yang saya impikan, maka saya akan mengumpulkan berbagai pengalaman positif yang telah dicapai di sekolah dan pelajaran apa yang dapat diambil dari hal-hal positif  terkait pembiasaan kemandirian pada diri siswa saat belajar daring.

Hal positif yang sudah pernah terjadi adalah bahwa saat sebelum masa kenormalan baru (new normal), rata-rata siswa sudah difasilitasi oleh orang tua masing-masing dengan gawai lengkap dengan kuota internet. Tidak sedikit pula siswa yang berhasil menyelesaikan tugas-tugas dengan baik dan tepat waktu.

Kebijakan sekolah yang mendukung kemandirian ini adalah dengan diterapkannya penggunaaan akun pembelajaran untuk guru, siswa dan tenaga kependidikan. Hal ini tdak terlepas dari dukungan Google Workspace for Education yang di mana dengan memanfaatkan fitu-fitur canggih di dalamnya, siswa akan dimampukan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, belajar secara mandiri di rumah tanpa harus diperintah oleh orang tua dan guru. 

Untuk mendukung kebijakan ini, saya sebagai Google Certified Educator terlibat penuh di dalamnya dengan cara memberi pengimbasan kepada rekan guru dan mendorong siswa untuk memanfaatkan alat-alat google di dalam pembelajaran. Hal ini tentu tidak luput dari dukungan Kepala Sekolah, Operator Dapodik, Wali Kelas dan rekan guru lainnya. Tambahan lagi, sebagai Sahabat Rumah Belajar, saya juga mendorong kemandirian siswa untuk memanfaatkan fitur-fitur Portal Rumah Belajar di dalam pembelajaran mandiri siswa di rumah atau di sekolah.

Kekuatan dan keahlian saya sebagai Google Certified Educator dan Sahabat Rumah Belajar ini saya gunakan untuk mendorong kemandirian siswa dalam belajarnya. Saya menuntun siswa untuk memanfaatkan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) menggunakan gawai mereka dalam pembelajaran melalui Google Workspace for Education dan Portal Rumah Belajar.

Setelah mendorong kemandirian siswa melalui pemanfaatan TIK tersebut, beberapa siswa tidak menemui kendala di dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Meskipun secara keseluruhan, masih banyak siswa yang belum mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Hal menarik yang saya petik dari proses pembelajaran ini adalah bahwa di dalam pembelajaran yang mendorong pembiasaan kemandirian siswa ini, saya sebagai guru merasa bebas menggunakan media pembelajaran apa saja untuk saya gunakan. Saya menyediakan banyak pilihan media bagi semua siswa dengan materi yang sama. Hal ini saya lakukan supaya saya mengakomodir gaya belajar masing-masing siswa dengan harapan seluruh siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan baik melalui daring.

Saya memimpikan kemandirian siswa ini menjadi budaya di sekolah, tidak hanya dalam pembelajaran di kelas, namun secara keseluruhan, siswa mampu menyelesaikan tugasnya sebagai siswa seutuhnya baik di sekolah maupun di rumah. Bahkan, lebih dari itu. Saya memimpikan siswa menjadi manusia yang mandiri bahkan saat mereka nantinya terjun di dunia kerja. Namun sebelum itu, saya harus mempersiapkan mereka terlebih dahulu untuk mandiri sebagai siswa. Saya menginginkan siswa yang mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diembankan kepadanya dengan baik tanpa diperintah, aktif melibatkan diri dalam setiap pembelajaran dan menjalankan tata tertib sekolah dengan baik. Untuk itu saya ingin mengembangkan praktik baik setiap guru dengan cara mendorong setiap guru untuk berbagi praktik baik dengan rekan-rekan guru tentang menumbuh-kembangkan kemandirian siswa tersebut.

G = Gali Mimpi

Setelah mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya, saya akan menyusun narasi tentang kondisi ideal apa yang  saya impikan dan saya harapkan terjadi di sekolah. 

Untuk mewujudkan pembiasaan kemandirian siswa, saya ingin semua orang yang terlibat di dalamnya terlihat bersemangat dan fokus pada tujuan, bertindak dengan niat yang tulus, berpikir secara mendalam (lambat) untuk menemukan strategi demi pembelajaran berpihak pada murid, dan yang tidak kalah penting mereka harus merasa bahagia.

Penampakan lingkungan sekolah secara fisik yang saya dambakan dengan pembiasaan kemandirian ini adalah:

  1. Lingkungan sekolah tertata rapi dan bersih, sebab siswa sudah memiliki kemandirian untuk menjaga kebersihan dan kerapian ruang kelas dan lingkungan sekolahnya tanpa harus diperintah oleh siapa pun. 
  2. Pemandangan indah di perpustakaan sekolah, di mana siswa dengan keinginan sendiri berkunjung ke perpustakaan untuk belajar secara mandiri tanpa harus diperintah oleh siapa pun.
  3. Taman Sekolah dipenuhi anak-anak yang berdiskusi mandiri
  4. Saat berbaris, barisan siswa tertata rapi dalam waktu yang singkat tanpa diperintah.

Kebiasaan-kebiasaan baru yang saya bayangkan terjadi adalah:

  1. Siswa menghargai waktu, mampu mengatur waktu belajarnya dengan baik
  2. Siswa mengerjakan tugasnya dengan percaya diri
  3. Siswa menyerahkan tugas daring tepat waktu
  4. Siswa belajar di rumah tanpa diperintah
  5. Siswa aktif melibatkan diri di dalam setiap proses pembelajaran baik secara daring maupun tatap muka
  6. Siswa aktif mencari sumber belajar untuk meningkatkan pengalaman belajarnya
  7. Siswa aktif mencari informasi dan melakukan aktivitas yang mendukungnya untuk mencapai cita-citanya 
  8. Siswa rajin mengunjungi perpustakaan untuk berliterasi secara mandiri
  9. Siswa menjaga kebersihan dan keindahan sekolah tanpa diperintah
  10. Siswa mematuhi tata tertib sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab.

Untuk mendukung perwujudan mimpi-mimpi tersebut, saya membayangkan sumber daya yang akan tersedia:

  1. Guru-guru yang berpihak pada murid
  2. Siswa-siswa yang aktif terlibat dalam proses pembelajaran
  3. Sarana dan prasarana yang memadai (Jaringan internet yang memadai, koleksi buku di perpustakaan yang lengkap, tempat sampah tersedia di berbagai sudut, dll)
  4. Orangtua yang komunikatif dan kolaboratif

J = Jabarkan Rencana

Di tahap ini, saya akan merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa yang perlu  saya lakukan untuk mewujudkan visi saya tersebut.

Saya akan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan kemandirian siswa ini.

  1. Kepala Sekolah: menyediakan sarana dan prasarana yang memadai dalam bulan ini demi mendukung penumbuhan kemandirian siswa dalam belajar. Kemajuan yang diukur: jaringan wifi yang lancar, tempat sampah tersedia di berbagai sudut sekolah, koleksi buku di perpustakaan lengkap.
  2. Operator Dapodik: membantu pengaktifan akun belajar dalam bulan ini. Kemampuan yang diukur: akun belajar siswa, guru dan tenaga kependidikan aktif 100% dan dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam pekerjaan dan pembelajaran.
  3. Wakasek Kesiswaan: mensosialisasikan tata tertib sekolah dalam minggu ini. Kemajuan yang diukur: tata tertib sekolah tertempel di setiap ruang kelas.
  4. Wali Kelas: mengajak siswa aktif terlibat dalam pembelajaran baik daring maupun luring, mendorong setiap siswa menjaga kebersihan dan keindahan sekolah. Kemampuan yang diukur: ruang kelas dan taman kelas yang rapi dan indah, terjalin komunikasi yang baik antara wali kelas dan siswa terkait pembelajaran daring.
  5. Guru Mata Pelajaran: menciptakan suasana kelas dan pembelajaran yang berpihak pada murid, memanfaatkan TIK dalam pembelajaran mulai bulan ini. Kemampuan yang diukur: suasana kelas dan pembelajaran yang berpihak pada murid, guru menggunakan akun belajar dan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran.
  6.  Kepala perpustakaan: menata ruang perpustakaan supaya menarik bagi siswa dan menyediakan kartu keanggotaan perpustakaan dalam bulan ini. Kemampuan yang diukur: koleksi tertata dengan rapi, meja dan kursi yang cukup untuk menampung pengunjung, kartu perpustakaan yang sudah terdistribusi ke siswa.  
  7. Orang tua siswa: menciptakan suasana rumah yang aman untuk berpetualang dan eksplorasi, menjadi pemandu bagi anak, melibatkan anak dalam berbagai aktivitas, menghindari perintah dan ultimatum yang menekan anak, menunjukkan rasa cinta kepada anak. Kemampuan yang diukur: anak mampu menyelesaikan tugas dengan baik tanpa diperintah.

Tentu saya sangat membutuhkan dukungan dari setiap pihak tersebut supaya visi saya terwujud. Saya harus memulai dari diri sendiri sebagai teladan sekaligus menginspirasi bagi mereka supaya setiap orang dalam komunitas sekolah dapat secara informal melakukan improvisasi dan berkontribusi membantu terwujudnya perubahan tersebut.

Langkah kecil saya adalah:

  1. Mengkomunikasikan rencana saya dengan semua pihak yang terlibat
  2. Berkolaborasi dengan semua pihak yang terlibat
  3. Mempersiapkan lembar wawancara, observasi, survei dan refleksi
  4. Setelah pelaksanaan rencana selesai, meminta umpan balik dari semua pihak yang terlibat
  5. Belajar menerapkan berbagai model pembelajaran kolaboratif dan inovatif untuk menumbuh-kembangkan kemandirian siswa

Langkah besar yang inovatif dan berani sebagai terobosan yang dapat saya lakukan untuk memperbesar terwujudnya perubahan adalah:

  1. Melakukan pengimbasan Google Workspace for Education untuk rekan guru dan tenaga kependidikan di sekolah
  2. Berbagi praktik baik dengan rekan guru tentang membiasakan penumbuhan kemandirian siswa dengan menerapkan model pembelaajran kolaboratif dan inovatif. 

A = Atur Eksekusi

Di tahap ini, saya akan memutuskan langkah-langkah yang akan saya ambil, siapa yang akan terlibat, bagaimana strateginya, dan aksi lainnya demi mewujudkan visi perlahan-lahan. Seperti yang sudah saya jabarkan di atas, saya akan melibatkan beberapa pihak di sini, yaitu kepala sekolah, operator dapodik, wakasek kesiswaan, rekan guru (wali kelas, guru mata pelajaran), kepala perpustakaan dan orang tua siswa. Untuk memantau kemajuan dalam pelaksanaan rencana tindakan itu, saya akan melakukan:

  1. Wawancara secara langsung bagi pihak yang merupakan individu, yaitu Kepala Sekolah, Wakasek Kesiswaan, Guru Mata Pelajaran, Wali Kelas, Kepala Perpustakaan, Operator Dapodik dan orang tua siswa.
  2. Observasi untuk CGP, Guru Mata Pelajaran dan Siswa
  3. Survei berupa formulir melalui google form untuk guru mata pelajaran, dan siswa
  4. Refleksi untuk CGP, kepala sekolah, wakasek kesiswaan, wali kelas, guru mata pelajaran, siswa, kepala perpustakaan dan operator dapodik.

Demikian manajemen perubahan yang akan saya lakukan dengan menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) dengan tahap BAGJA guna menumbuhkan pembiasaan kemandirian siswa di sekolah saya. 

Saya juga menyajikan demonstrasi konstekstual saya dalam bentuk video.

       

Salam Guru Penggerak.

 

2 comments:

Lokakarya 7 Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 4

Lokakarya 7 Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 4 yang mengusung tema Festival Panen Hasil Belajar di Kabupaten Humbang Hasundu...