Monday, April 4, 2022

Koneksi Antar Materi - Coaching

COACHING


Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Oleh karena itu keterampilan coaching perlu dimiliki oleh para guru guna menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) yang ada pada anak demi mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.

Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).

Proses coaching mengandung kolaborasi yang bermakna:

  1. Kemitraan: Hubungan coach dan coachee adalah hubungan yang setara, artinya dalam membantu coachee, seorang coach tidak memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi
  2. Memberdayakan: Dalam hal ini, dengan sesi coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach menginspirasi coachee untuk menemukan jawaban-jawaban sendiri atas permasalahannya.
  3. Optimalisasi: Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.

Coaching dalam Konteks Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar. Caranya dengan memberikan pertanyaan pertanyaan reflektif sehingga dapat memotivasi murid untuk berpikir secara metakognitif, kritis dan dapat menemukan potensi diri serta mengembangkannya.

Coaching Model TIRTA

Salah satu model coaching yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan adalah Model TIRTA



Kunci utama keberhasilan Coaching


Peran Saya sebagai Coach di Sekolah


Guru sebagai pendidik perlu memiliki keterampilan coaching, sehingga dapat mengarahkan murid untuk menemukan potensi diri dan sekaligus mengembangkannya. Dalam proses coaching, anak didik diberikan kebebasan, guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan yang positif. Diharapkan melalui coaching guru dapat membantu anak didik mencapai tujuan dan kemerdekaan belajar.

Praktik coaching di sekolah mendorong guru untuk lebih mengoptimalkan potensi yang dimiliki murid guna mencapai tujuan mereka. Seringkali sebagai guru, saya sendiri tertarik untuk langsung memberi nasihat kepada murid saat saya melihat mereka sedang ada dalam masalah atau saat mereka membutuhkan bantuan saya. Tentu tidak selamanya nasihat itu berhasil, sebab saya tidak mempertimbangkan apakah nasihat itu benar-benar bisa mereka praktikkan. Saya cenderung memandang masalah mereka hanya dari sudut pandang saya sendiri sehingga saya cenderung membantu mereka menyelesaikan masalah mereka dengan cara saya sendiri. 

Praktik Coaching Model TIRTA ini sangat mudah dipraktikkan di sekolah. Saya menemukan diri saya lebih bahagia saat murid saya menemukan sendiri solusi dari permasalahan mereka dengan memanfaatkan kekuatan yang mereka miliki. Hal ini membuat mereka benar-benar menemukan solusi atas permasalahannya, bukan malah menambah persoalan yang baru. Saat murid menemukan mereka mampu menemukan solusi atas permasalahan mereka, mereka menjadi merasa bahagia. 

Jika praktik Coaching ini benar-benar terlaksana di sekolah, maka tidak akan ada lagi murid yang enggan mendiskusikan permasalahannya dengan guru mereka di sekolah. Mereka akan merasa nyaman dan merdeka. Pola pikir mereka tentang permasalahan juga pasti akan berbeda. Mereka akan selalu berpikir bahwa tidak ada masalah tanpa solusi, bahkan solusi itu diperoleh hanya dengan memanfaatkan potensi diri mereka sendiri. Dengan demikian, guru menjadi penuntun bagi kebahagiaan dan keselamatan murid. 

Sebagai coach saya harus meiliki ketrampilan dasar coaching berikut ini:

  1. Ketrampilan berkomunikasi yang empatik termasuk mendengarkan secara aktif

  2. Ketrampilan berkomunikasi yang memotivasi
  3. Ketrampilan berkomunikasi yang reflektif (memberi umpan balik untuk perbaikan)

Saya harus selalu tekun melatih ketrampilan ini supaya saya benar-benar memiliki mindset coaching di dalam diri saya. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi murid saya untuk mendukung mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan kekuatan kodrat yang mereka miliki demi mencapai kebahagiaan dan keselamatan.


Keterkaitan materi Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Emosi dan Sosial

Praktik coaching mengajak guru untuk memahami bahwa setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda. Guru harus mampu memfasilitasi semua anak dengan keberagaman potensi tersebut. Untuk itu guru harus mampu menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di dalam setiap praktik pembelajaran yang dilakukan.

Praktik coaching sendiri dapat mendorong guru melatih murid untuk terbiasa melakukan tindakan reflektif guna menggali potensi yang dimiliki. Hal ini akan membantu siswa untuk mengembangkan ketrampilan sosial emosionalnya. 

Praktik coaching juga akan menuntut guru untuk memperlakukan siswa sebagai seseorang individu yang memiliki potensi sendiri yang perlu digali untuk kemudian dikembangkan. Hal ini akan membantu siswa untuk melatih rasa percaya dirinya. Memiliki rasa percaya diri merupakan ketrampilan sosial emosional yang harus dimiliki siswa pada aspek kesadaran diri. 

Praktik coaching melatih guru untuk mengembangkan rasa empatinya sendiri pada orang lain khususnya murid. Murid menjadi terbiasa diperlakukan dengan rasa empati oleh guru saat praktik coaching. Hal ini akan dengan sendirinya menularkan sikap empati pada diri murid. Praktik coaching ini akan membantu siswa mengembangkan rasa empati, yang merupakan ketrampilan sosial emosional pada aspek kesadaran sosial.

Refleksi dari pemahaman atas keseluruhan materi Modul 2.3 yaitu bagaimana keterampilan coaching dapat membantu profesi saya sebagai guru dalam menjalankan pendidikan yang berpihak pada murid.

  1. Praktik coaching menggunakan Model TIRTA tidak hanya berguna bagi orang lain yaitu murid dan rekan guru. Saya juga mempraktikkan coaching model TIRTA ini bagi saya sendiri saat saya merasa saya menemukan suatu permasalahan. Saya menjadi lebih mudah menemukan solusi sendiri untuk setiap permasalahan saya. Saya melakukan praktik ini dengan membayangkan saya sedang di-coaching oleh orang lain. Dengan ketrampilan ini coaching ini, saya selalu menemukan solusi atas setiap permasalahan saya. Saya menjadi merasa bahagia. Dengan saya merasa bahagia, saya menemukan diri saya lebih bersemangat untuk menjalankan tugas-tugas saya sebagai guru. Dengan perasaan bahagia ini, saya pasti akan selalu bersemangat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid.
  2. Praktik coaching mengubah pola pikir saya tentang mengajar dan membuat orang belajar. Saya dahulu cenderung mengajari orang lain (langsung menasihati) saat mereka mengalami permasalahan, tanpa memikirkan apakah nasihat itu benar-benar membantu mereka atau malah menambah masalah bagi mereka (sebab mereka menjadi merasa tidak merdeka). Saya cenderung fokus pada diri saya sendiri bukan pada diri orang tersebut, khususnya murid. Praktik coaching mengubah pola pokir saya bahwa dalam setiap hal terkait murid harus selalu berpusat pada murid. Dengan praktik coaching saya akan mampu menggali potensi siswa. Hal ini juga sangat berguna sebagai pemetaan kebutuhan belajar siswa, sehingga pembelajaran berpihak pada murid.
  3. Praktik coaching melatih saya untuk fokus dan tenang saat berkomunikasi dengan orang lain, baik murid mapun rekan guru. Setiap orang pasti senang jika mendapat lawan bicara yang aktif mendengarkan dan tenang berkata-kata. Dengan ketrampilan tersebut, saya akan terbantu untuk menjalankan peran saya sebagai guru di sekolah, yang salah satunya adalah menjadi pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid.


Salam Guru Penggerak...



No comments:

Post a Comment

Lokakarya 7 Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 4

Lokakarya 7 Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 4 yang mengusung tema Festival Panen Hasil Belajar di Kabupaten Humbang Hasundu...