Setelah saya mengikuti Program Guru Penggerak ini selama dua minggu, saya akan membuat kesimpulan dan refleksi tentang materi tersebut. Ada banyak hal baru yang saya peroleh selama saya mempelajari materi selama dua minggu ini, yaitu Modul 1.1. Refleksi Filosofis Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran.
Berikut ini saya illustrasikan dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan dan Pengajaran.
Dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara ini sudah ada sejak tahun 1922, namun, kini semua itu bagi saya menjadi sesuatu yang baru. Saya sudah mengajar selama 13 (tiga belas) tahun di SMKN 1 Lintongnihuta sebagai Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Setelah saya mempelajari materi ini, saya menemukan diri saya sebagai guru yang tidak merdeka selama ini. Saya ternyata sudah menghabiskan waktu dan tenaga saya selama ini sebagai guru.
Berikut ini akan saya uraikan dasar-dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran:
- Menuntun: Pendidikan memberi tuntunan (menuntun) terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Guru memfasilitasi laku siswa, menebalkan kodrat baiknya, reflektif, kritis, kreatif dan inovatif. Guru seumpama tukang kebun kehidupan.
- Kodrat alam: Kodrat alam adalah lingkungan alam tempat peserta didik berada baik itu kultur budaya maupun kondisi alam geografisnya. KHD mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia.
- Kodrat zaman: Kodrat zaman adalah keadaan/situasi zaman saat peserta didik berada, sehingga guru perlu menganalisis lingkungan (sosial, budaya, ekonomi, politik, pendidikan, dll) anak berada.
- Merdeka: Anak menjadi diri sendiri, percaya diri, menjadi pembelajar seumur hidup, dan mandiri
- Bermain: Anak mampu berkarya baik secara individu maupun berkolaborasi, tidak melulu kompetisi.
- Siswa sebagai Subjek: Pembelajaran berpihak pada siswa yang semuanya pribadi yang unik. Segala daya dan upaya yang dilakukan guru adalah untuk kepentingan anak. Segala sesuatu yang pendidik lakukan ikhlas dan berpusat pada anak.
- Bukan Tabularasa: Siswa adalah mahaguru bagi dirinya sendiri. Siswa leih memahami dirinya sendiri dan sudah memiliki kodrat yang dia bawa saat lahir ke dunia. Guru hanya bisa menebalkan aku itu untuk keselamaatan dan kebahagiaan anak.
- Budi Pekerti: Budi pekerti merupakan perpaduan harmonis antara pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat (tindakan nyata). Tujuan pendidikan budi pekerti adalah memanusiakan manusia dan untuk mengembangkan pribadi yang lebih manusiawi serta untuk mengembangkan potensi yang tersimpan dalam diri manusia
- Selamat dan Bahagia: Saat belajar siswa berada dalam keadaan yang memiliki rasa bahagia, kepuasan batin, tingkat stress yang rendah, sehat secara fisik dan mental serta menjaga kualitas hidup yang baik.
Dulu saya percaya bahwa saya bisa mengubah kodrat anak sehingga saya kurang mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman anak saat saya melakukan proses pembelajaran. Hal ini membuat siswa tidak merasa memiliki proses pembelajaran itu.
Sekarang saya memahami bahwa saya hanya bisa memfasilitasi proses pembelajaran sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman anak. Proses pembelajaran adalah milik anak. Saya juga harus menjadi teladan bagi mereka.
Saya akan melibatkan siswa untuk menentukan bersama tujuan pembelajaran, cara pembelajaran disajikan dan teknik penilaian.
Berikut ini saya illustrasikan proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
Suasana pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah pembelaajran yang selamat dan bahagia.
Berikut ini adalah refleksi pribadi saya akan apa yang saya alami sebelum dan sesudah saya mempelajari materi tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran. Saya menuangkannya dalam sebuah puisi.
Salam Penggerak ...
No comments:
Post a Comment